Lelaki itu sedang duduk
di halte bus menunggu hujan reda. Ia tidak sedang menanti bus datang, karena
mobilnya terparkir tidak jauh dari halte itu. Saat itu sore hari, dan hujan
deras membuat halte sepi. Hanya ada seorang perempuan yang tertunduk lesu, di
bangku halte itu. Sang lelaki dan perempuan itu sama-sama terdiam. Mereka tidak
saling berbicara. Si lelaki berambut kebiruan,panjang. Pada daun telinga
sebelah kanannya terpasang 3 buah anting yang ditindik, sedangkan pada daun
telinga sebelah kirinya terpasang sebuah anting bulu panjang. Ia mengenakan
jaket berbahan jeans, juga berwarna biru dengan celana jeans yang sudah
sobek-sobek di bagian lutut. Sedangkan si perempuan mengenakan celana panjang
berwarna hitam, serta sweater berwarna merah muda dan tas ransel mungil
berwarna putih. Rambut sebahunya dibiarkan tergerai begitu saja. Ia mengenakan
kacamata. Pipinya di gembung-gembungkan sambil sesekali meniup poninya.
Berkali-kali ia melirik jam tangan dipergelangan tangannya.
Lelaki itu bernama Ji
Young, sedangkan si perempuan bernama Eun Hye. Ji Young adalah seorang seniman.
Ia sangat menyukai music hip hop dan freestyle dance. Sedangkan Eun Hye adalah
seorang penjaga perpustakaan di sebuah Universitas terkemuka di Seoul.
Sebenarnya mereka telah beberapa kali saling bertemu, karena mereka dulu
bersekolah di SMU yang sama. Ji Young terkenal akan kenakalannya, serta
kepopulerannya di antara para gadis. Sedangkan Eun Hye adalah seorang perempuan
biasa saja, yang menjalani kehidupannya semasa di SMU dengan lurus. Meskipun
sebenarnya ia diam-diam mengagumi Ji Young. Namun ia sama sekali belum pernah
bertegur sapa dengan Ji Young, bahkan hingga saat ini, saat Ji Young ada di
sebelahnya dan mereka hanya berdua di halte itu. Eun Hye sama sekali tidak
berani menyapa Ji Young, karena ia merasa Ji Young tidak akan mengenalinya.
“Haaahhhh…lama
sekali!!” Ji Young berteriak, mengumpat pada hujan. Entah mengapa hujan sore
itu turun deras sekali, dan secara kebetulan pula bus yang seharusnya sudah
tiba dari tadi tak kunjung lewat. Eun Hye hamper terjatuh dari tempat duduknya
karena sangat terkejut mendengar teriakan Ji Young. Dan jantungnya menjadi
berdetak lebih cepat karena tiba-tiba ia merasa Ji Young memandang kearahnya.
Eun Hye semakin menundukkan kepala.
“Yaa!! Aku bukan orang
jahat. Kau tak perlu ketakutan seperti itu!” Ji Young menggertak Eun Hye. Eun
Hye justru semakin menundukkan kepala, karena gugup, bukan karena takut.
“Oppa, kumohon berhenti
mentapku..” ujar Eun Hye dalam hati. Tiba-tiba terlintas di ingatan Eun Hye,
tentang sebuah kejadian semasa SMU. Saat itu hari juga sedang hujan, dan Eun
Hye lupa tidak membawa payung. Ia terpaksa menunggu hujan reda, sementara
teman-temannya yang lain sudah pulang. Saat itu Eun Hye duduk sendirian di
dalam kelas sambil bersenandung menyanyikan sebuah lagu. Ia bersenandung penuh
ekspresi, karena tidak ada seorangpun disekelilingnya.
“Yaa…!! Berisik
Sekali!!” tiba-tiba seorang murid lelaki sudah berdiri di pintu kelas dan
menghardiknya. Murid itu adalah Ji Young. Eun Hye terkejut bukan main.
“Mianhae, aku kira
sudah tidak ada orang…” ujarnya sambil menundukkan kepala karena terkejut. Eun
Hye selalu menundukkan kepala apabila dia merasa gugup atau terkejut.
“Aish..pabo!” rutuk Ji
Young sambil berlalu. Saat itu Eun Hye sempat berpikir, bagaimana mungkin Ji
Young masih ada di sekolah? Padahal ia adalah siswa yang suka sekali kabur dan
membolos. Mungkin karena ia sedang berkencan? Dan memang sengaja menunggu
sampai suasana sekolah sepi agar bisa lebih bebas?
“Aish.. Eun Hye yaa..
apa yang kau pikirkan? Pabo!” Eun Hye menjitak kepalanya sendiri.
Eun Hye tersenyum
mengingat peristiwa itu. Karena itu adalah satu-satunya kenangan saat Ji Young
berbicara kepadanya. Dan entah mengapa apa yang terjadi saat ini juga sama
dengan kenangan masa itu.
“ Aish.. Yeoja ini.
Tadi meringkuk ketakutan, dan sekarang tersenyum-senyum sendiri. Micheosseo!!”
gumam Ji Young dalam hati.
Tak berapa lama, bus
yang dinanti Eun Hye datang. Eun Hye pun lantas melangakahkan kaki menaiki
tangga bus.
“Ahjushi, Chamkanmanyo!”
teriak Ji Young membuat Eun Hye terkejut dan berhenti sejenak di tangga bus. “
Eun Hye ssi, lain kali bawalah payung, jadi aku tidak perlu ikut menunggu di
halte, dan aku bisa mengantarmu pulang dengan mobilku” teriak Ji Young. Setelah
berkata begitu, iapun berlari mengilang di balik halte, menuju tempat dimana
mobilnya terparkir. Sopir bus itu hanya geleng-geleng kepala.
“Dasar, pasangan jaman
sekarang” ujar sopir bus itu sambil menutup pintu. “Agashi, duduklah, jangan
berdiri di situ”
Eun Hye berjalan pelan,
sambil mencerna kalimat Ji Young. Ia pun duduk di bangku yang terletak di sudut
belakang bus. Matanya berkaca-kaca, tapi ia tersenyum.